“Why We Must Move On?”
Yha, kurang lebih seperti itu yang teman bahkan yang saya katakan
ketika terlalu nyaman tetapi terpaksa berubah tidak seperti yang dulu.
Ketika terlanjur terlalu sayang lalu terpaksa melupakan. Ketika
semua hal indah telah terjadi lalu dipaksa menjadi semakin buruk.
“Putus is not the best way for resolving the problem. Trust me.”
“Putus is not the best way for resolving the problem. Trust me.”
Kadang (mungkin sering) ketika putus malah tidak sesuai
dengan harapan, berpikir semua akan selesai ketika sudah tidak memiliki
hubungan apapun, malah sebaliknya.
Saya tahu, semua terjadi karena suatu alasan. Putus juga
pasti memiliki alasan, mulai dari yang masuk akal sampai yang konyol sekalipun.
Mulai dari, “Aku mau focus belajar. Jadi, kita udahan aja.” Sampai, “Aku gak
mau nyakitin perasaan kamu lagi. Kita harus putus.” Dan masih banyak lagi
kemungkinan yang bisa dijadikan alasan untuk putus.
1.
Kenapa harus putus jika alasannya hanya ingin focus
belajar? Kenapa tidak dari dulu memutuskan untuk tidak berkomitmen dan ingin focus belajar
saja? Fokus belajar memang tidak konyol untuk dijadikan alasan untuk mengakhiri
hubungan, tetapi jika memutuskan pacar (mantan) dengan cara seperti itu, lalu
dia memutuskan untuk berkomitmen dengan orang lain, apa jadinya?
2.
Jika dia benar-benar sayang, jika benar-benar
tidak ingin menyakiti perasaan orang yang disayanginya, kenapa tidak mencoba
sesuatu yang terbaik? Kenapa malah memutuskan seolah-olah dia sangat mengerti
perasaan orang tersebut, padahal tidak.
Pada akhirnya putus memang menyakiti perasaan orang lain. Semasuk
akal apapun itu. Tetap saja itu menyakitkan, apa lagi yang sudah terlanjur
terlalu sayang.
Bahkan yang sudah berjanji tidak akan putus dengan pasangannya
pun akhirnya akan tetap putus. Semanis apapun janji itu, jika tidak terwujud
sama saja seperti bualan.
Sebenarnya putus itu sama seperti bunuh diri, berpikir jika putus maka semua masalah akan terselesaikan dan berakhir, tetapi tidak memikirkan bagaimana kelanjutannya.
Jika sudah putus apakah menjamin jika hubungan antar mantan
akan sama seperti saat masa pertemanan? Meskipun ada beberapa yang masih bisa
berteman dengan baik, tapi ada juga yang tidak bisa menerima kenyataan harus
memulai dari awal lagi dan berpikir, “Jika kembali seperti awal, kenapa harus
memulai membuat pernyataan kalau kita ini lebih dari sekedar teman?”
Saya rasa ada yang lebih buruk saat lebih memilih menjadi teman saja, “Let’s be stranger again”.
Saya rasa ada yang lebih buruk saat lebih memilih menjadi teman saja, “Let’s be stranger again”.
Saya tahu move on itu sesulit yang anak alay katakan.
Apa lagi jika masih baru saja putus, ketika masih sayang. Berpikir
mencoba memerbaiki keadaan yang salah, tapi sulit. Jika banyak teman yang
menyuruh anda untuk kembali berpacaran dengan sang mantan. Rasanya berpikir
untuk mencoba bertahan saja kan?
But “move on” is the best way. Atau mungkin satu-satunya
jalan.
Jika baru saja putus pasti akan melewati fase nangis bombay
kangen kenangan mantan.
Memikirkan, “Seharusnya kalo gak putus pasti gak bakal gini.” “Seharusnya kalo gak putus pasti bisa ngelakuin bareng-bareng.” Dan ‘seharusnya’ yang lainnya.
Memikirkan, “Seharusnya kalo gak putus pasti gak bakal gini.” “Seharusnya kalo gak putus pasti bisa ngelakuin bareng-bareng.” Dan ‘seharusnya’ yang lainnya.
Menangis tidak akan menyelesaikan apapun, tapi setidaknya
akan membuat perasaan menjadi sedikit lebih baik. Dan jangan mencoba untuk menyalahkan keadaan yang sudah ada.
Jika banyak orang mengatakan bahwa kembali berpacaran dengan sang mantan sama saja seperti membaca buku yang sama, akhirnya sama. Tapi menurut
saya jika kembali tetapi memerbaiki kesalahan, tidak akan menjadikan akhir yang
sama dalam sebuah hubungan.
Pada akhirnya yang menentukan hasil akhirnya adalah dua
orang. Bukan satu orang yang berjuang sendirian. Jalan pakai satu kaki saja gak
enak, apa lagi berjuang sendirian.
Yha, saya tahu, saya belum cukup umur untuk membicarakan apa
itu cinta. Tapi mungkin saya sudah merasakannya tanpa saya sadari.
Tapi ada satu orang yang saya inginkan untuk kembali, jika
tidak dalam hubungan mungkin saya hanya ingin sikapnya yang dulu, "You're the
book I hope I’ll never finish.”
Jika saya bisa memilih siapa orang yang akan saya sayangi, saya tidak akan memilih dia yang akan menyakiti perasaan saya. Tapi rasa sayang tidak bisa dipilih, itu datang dengan sendirinya.
Orang yang paling kamu sayangi adalah orang yang memiliki potensi besar untuk menyakiti perasaanmu.
Jika saya bisa memilih siapa orang yang akan saya sayangi, saya tidak akan memilih dia yang akan menyakiti perasaan saya. Tapi rasa sayang tidak bisa dipilih, itu datang dengan sendirinya.
Orang yang paling kamu sayangi adalah orang yang memiliki potensi besar untuk menyakiti perasaanmu.
Salam, manusia.
Buku yang tak pernah selesai ya, Quote yang bagus. :)
BalasHapusTerima kasih hehe. :)
HapusBtw, aku cuma share link ini ke satu orang saja, belum aku post ke socmed manapun.
Tapi kamu udah komen. Yha, lumayan seneng ada yang merhatiin tulisan saya ini hehe. :)
post bagus, post yang terjadi kepada kebanyakan orang...
BalasHapuskeren deh
BalasHapusmenggambarkan orang yg baru putus gagal move on dan calon jones baru hahaha
BalasHapus