Jumat, 03 April 2015

Belum Terbiasa Dengan Waktu.

                Sudah 15 tahun lebih 11 hari tinggal di bumi, saya sudah sering mendapat harapan tanpa kepastian. Terlalu sering dikecewakan dan mengecawakan orang lain. Terlalu bodoh untuk mengulang kesalahan yang sama. Dan mungkin terlalu baik untuk percaya pada hal yang sama sekali tidak nyata, bahkan sulit untuk dipercaya.

                Orang yang satu tahun lalu berbicara sangat ramah kepada saya, sekarang menjadi orang yang bahkan tidak saya kenali. Namanya masih sama, wajahnya masih sama, suaranyapun masih sama, tetapi sifatnya sangat berbeda. Iya, memang ada suatu kesalahan diantara kita. Kesalahan yang bahkan tidak bisa diperbaiki walaupun hanya sebatas teman biasa, tidak lebih.

                “Halah, tungguen ae sampe waktu sing ngerubah segalane, kon ambek dee sing saiki ae beda banget kok. Engkok kon yo bakal terbiasa.”

Saya tidak pernah paham bagaimana dunia sesingkat dan semelankolis ini. Dulu orang yang paling saya sayangi tiba-tba berubah menjadi orang yang saya benci. Orang yang dulunya sering bertengkar dengan saya malah sekarang menjadi pendengar dan pemberi saran yang baik bagi saya.

                Iya, saya tahu, hidup ini singkat. Bahkan 15 tahun lebih 11 hari yang saya lewati di bumi tidak terasa selama saya menunggu bel pulanng sekolah. Singkat, tapi banyak perubahan.

                Waktu yang kita anggap singkat ini sebenarnya adalah waktu yang sangat lama, hingga akhirnya kita merasa bosan terhadap sesuatu. Banyak hubungan yang berakhir hanya karena sekedar bosan, waktu, dan sikap yang monoton. Iya, tanpa kita sadari cinta juga dipermainkan oleh waktu dengan bosan. Bahkan janjipun mudah diingkari dengan seiringnya berjalannya waktu.

                “Pas kon bener-bener sayang arek, pas iku kon ngerasa lek waktu iku cepet. Tanpa mok sadari moro-moro arek iku ilang dan kon nangis (maneh). Waktu iku jancuk kok pancene.”

                Berapa tahun lagi yang harus saya lewati agar saya bisa terbiasa untuk semua ini?







Salam,
Si Terlatih Patah Hati.

2 komentar: